Rabu, 07 Maret 2018

Short Escape to Singapore Part 2

0 comments
Our favorite character: MORT 💛
Bisa dibilang kami cukup beruntung, walaupun ke USS saat weekend, antrian di hampir semua wahana terbilang cukup sepi. Kami pun mencoba semua wahana yang gak perlu menitipkan tas di loker (soalnya kalau lewat dari 40 menit, lokernya jadi berbayar... ahahaha). Sempat berniat untuk nonton waterworld show di jam 1, eh rupanya kami keasikan naik wahana di Madagascar yang sepi banget sampai-sampai lupa untuk balik ke lokasi show berada. Lalu, kami terpesona sama merchandise yang dijual disana.. terutama si Mort. Imutnya maksimal sih...

Setelah puas main di USS, rasa lapar pun menyerang. Kami memutuskan untuk keluar USS dan makan siang di Vivo City. Berdasarkan beberapa referensi, di Vivo City ada foodcourt yang menyediakan makanan halal. Di foodcourt-nya Vivo City ternyata ada beberapa gerai yang memang sudah memiliki sertifikat halal. Kami memilih seporsi hainan chicken rice di gerai Kopitiam, harganya sekitar 5,5 SGD. Lumayan banyak porsinya, dan kuah kaldunya enak bangeeeeet. Selesai makan, adekku bilang kalau temennya ngeborong cokelat di Vivo City. Karena kami anak kepo penasaran, akhirnya kami mendatangi toko cokelat dan ngecek harga disana.


Varian nutella cukup komplit (tim nutella) di Vivo City, tapi kami pikir nanti aja belinya di dekat penginapan biar ga bawa banyak tentengan. Rupanya, setelah kami mengunjungi beberapa tempat yang ada toko cokelatnya, harga di Vivo City-lah yang termurah (tuh kaaaan nyeseeeel).

Tujuan berikutnya, kami berencana untuk ke Chinatown dan Merlion Park. Rute terbaik sebenarnya adalah Sentosa Island - Chinatown - Merlion Park jika naik MRT. Namun, karena kami kepengen foto sama si singa-nya masih ada matahari, maka rute kami adalah Sentosa Island - Merlion Park - Chinatown. Gak patut ditiru nih.. soalnya jadi bolak balik dan bikin kaki pegel (ojek manaaa ojeeeeek). Foto sama merlionnya cuma beberapa menit, jalan kesananya bermenit-menit. Hahahaha...

Tadaaaa... pasarnya pas di pintu keluar MRT
Di area Chinatown terdapat Masjid Chulia yang kabarnya merupakan salah satu masjid tertua di Singapura. Lokasinya mudah dijangkau dari pintu keluar MRT. Kemudian, buat yang suka belanja, mungkin area Chinatown ini merupakan destinasi yang sesuai. Soalnya, beragam suvenir khas Singapura dijual disini dengan harga cukup murah. 

mirip hiasan buat taman
Saat aku lagi fokus liat-liat gantungan kunci, tiba-tiba disodorin kamera DSLR gitu sama mas-mas sambil bilang "foto dong". Emang dasarnya kelamaan tinggal di Jakarta kali ya, aku bawaannya curiga dan langsung menggeleng sambil menolak untuk difoto (yaelaaah ge er banget mbaaa). Biasanya kan klo di Jakarta, apalagi di lokasi wisata, kalau kita disodorin kamera artinya dia nawarin jasa untuk fotoin. Ya kaaaaan? (iyain aja dong pliss). Nah, rupanya aku salah paham. Mas-nya ini minta tolong difotoin. Yaaaa.. Mas-nya siiih gak pake basa basi minta tolong difotoin, main sodorin kamera aja.

Di Chinatown ini, selain toko-toko suvenir, banyak juga toko-toko makanan. Ada yang jual makanan halal juga. Gampang kok nandainnya, toko yang jual makanan halal pasti masang semacam sertifikat halal gitu, entah di gerobaknya atau di dinding tokonya. Berhubung kami masih kenyang, gak ada satupun makanan yang ingin kami coba. Eh, kecuali satu ding.. Chili Crab yang katanya salah satu makanan khas-nya Singapura. Tapi, ukuran kepitingnya super gede dan kami gak yakin bisa ngabisin berdua. 
kusukaaa desain bangunannyaaa 💚
Saat lewat di depan sevel, eh ada tumpukan A*qua botolan yang menggoda kerongkongan. Waktu si adek mulai ngitungin ke kurs rupiah, dia kutegur. Jangan sekali-kali ngitung ke rupiah yaa, bisa-bisa gak jadi beli minum nih. Atas dasar rindu kampung halaman dan produk lokal, akhirnya kebeli lah sebotol air mineral dingin 600 ml yang gak akan pernah aku hitung ke kurs rupiah. Tegukan demi tegukan terasa familiar banget, menggantikan rasa air tap water yang sampai beberapa jam sebelumnya setia menuntaskan rasa hausku. Kalau udah begini, langsung deh kangen balik ke Jakarta... Hahahaha baper amat yak..
Waktu di bandara mau pulang ke Jakarta, kami sering berpapasan dengan orang-orang yang menenteng plastik kuning besar berlogo IRVINS. Dasarnya kami berdua anak kepo penasaran, akhirnya ikutan aja ngantri di booth-nya tanpa tau apa yang dijual. Absurd banget lah. Kirain tuh jualan kaos dan tote bag motif duck face gitu. Rupanya, si kaos dan tote bag hanyalah merchandise dari si tokoh utama : keripik kentang/kulit ikan berbumbu bubuk telur asin. Naaaah... sampai di depan kasir aku cuma melongo. Adekku langsung mengambil alih dan memesan dua bungkus terkecil demi menuntaskan rasa penasaran. Rasanya?? ya coba aja bayangin ngunyah kulit ikan tipis yang diolah jadi mirip kerupuk lalu dibumbui serbuk yang rasanya mirip kuning telur asin. Kami sih doyan dan malah nyesel kenapa cuma beli dua bungkus... Hahahaha..

Selasa, 06 Maret 2018

Short Escape to Singapore Part 1

0 comments
Aku dan adekku sudah berniat untuk liburan ke Singapura di akhir tahun 2017 lalu untuk merayakan proses keberhasilan kami bikin e-paspor. Tapiii.... sebulan sebelum keberangkatan, aku kena radang telinga akut sehingga aku gak boleh naik pesawat sampai telinga-nya sembuh. Boleh sih naik pesawat, tapi risiko ditanggung sendiri. Dan rupanyaaa untuk sembuh butuh waktu lebih dari sebulan. Akhirnya, batal lah itu trip liburan ke Singapura. lalu, awal 2018 saat kondisi telingaku membaik, iseng lah aku cek tiket pesawat ke Singapura. Tetep dong kekeuh pengen ke Singapura, soalnya aku masih penasaran karena belum pernah main ke Universal Studio Singapura. Setelah kroscek sana sini, rupanya seminggu setelah imlek itulah tiket ke Singapura lagi murah-murahnya. Adekku pun bilang kalau sidang skripsinya bakal kelar di awal Februari. Lalu, rencana ke Singapura yang batal itu akhirnya muncul lagi.

lucu yaa maskotnya Asian Games 2018
Dua minggu sebelum keberangkatan, aku baru mulai bikin itinerary, browsing dan tanya sana-sini terkait transportasi dan penginapan. Soal transportasi, aku mulai membandingkan mana yang lebih hemat antara pakai EZ-Link atau Singapore Tourist Pass disesuaikan dengan rencana trip 3D2N.  Untuk penginapan, pastinya bakal pilih hostel yang dekat dengan tempat jajanan. Intinya siy, mau liburan tapi versi hematnya supaya bisa jajan di USS.. hahaha.. Dalam proses beli tiket USS pun aku sempat galau, apakah beli langsung di lokasi atau beli online kayak waktu beli tiket USJ. Untuk beli tiket online, ada beberapa agen tur yang menawarkan harga lebih murah dibanding situs resminya USS. Jadi, harga publish rate dari situs resmi USS adalah 76 SGD per orang dan kalau beli dua, dapat bonus kartu EZ-Link (ujung-ujungnya cari bonusan..hahaha). Sedangkan di agen tur biasanya menawarkan sekitar 74 SGD. Kalau beli via online gitu, rupanya perlu pakai kartu kredit (yaiyalah yaaa.. masa pakai daun, emang situ kuntilanak?). Dan karena aku ga punya kartu kredit, akhirnya aku pasrah beli langsung tiketnya di lokasi.

Lalu, aku agak khawatir karena ini trip perdana si adek ke luar negeri (banyak banget yaa buk kekhawatirannya). Jadi, jauh-jauh hari sebelum berangkat aku udah sering ngasih tau ke dia apa yang boleh dan ga boleh dibawa ke kabin. Apa yang mesti dilakuin saat lewat konter imigrasi, lalu ngescan dan print semua dokumen perjalanan terkait. Hari keberangkatan pun tiba. Kami diantarkan ke Kampung Rambutan untuk nantinya naik Damri ke Bandara. Sampai di bandara, rupanya kami tiba terlalu cepat. Akhirnya kami iseng keliling bandara dan ketemu sama maskotnya Asian Games 2018. Sampai suatu ketika lewatin konter imigrasi, adekku ketahan agak lama disana. Ternyata, petugasnya nanyain apakah si adek punya tiket balik ke Jakarta (petugasnya ngira dia masih anak sekolah yang pergi sendirian ke luar negeri). Si adek lalu mengeluarkan semua dokumen yang sudah aku berikan ke dia, seperti itinerary, tiket PP, dan bukti booking penginapan.

Sembari menanti kedatangan pesawat, aku dan adekku keliling mencari tap water untuk mengisi tumbler. Lalu di sepanjang perjalanan, kami melihat setiap APAR digambarin doodle-nya beda-beda gitu. Keren-keren hasilnya.



Sesampainya di Singapura, aku dan adekku bertemu petugas imigrasi yang ramah. Kekhawatiran akan digiring ke ruang isolasi pun sirna (padahal kalau baca di blog orang tuh, katanya sering ada random check buat dibawa ke ruang isolasi). Lalu, pas banget setelah gate keluar imigrasi ada booth yang menawarkan tiket USS seharga 70 SGD. Ya ampuuuun... selisihnya lumayan jauh dengan harga asli kalau beli langsung di lokasi. Ya kan lumayan hemat 6 SGD bisa buat jajan chili crab. Hahahaha... Aku sempet curiga sama penjaga booth-nya, makanya setelah beli tiket, aku minta diprint-kan struk pembeliannya. Jaga-jaga tiketnya ditolak buat masuk USS.

Tujuan berikutnya adalah beli kartu transportasi. Lagi-lagi ketemu petugas yang ramah. Dia dengan sabarnya menjelaskan perbedaan EZ Link dan Singapore Tourist Pass. Jadi, awal mulanya aku sempet salah persepsi soal Singapore Tourist Pass ini. Dan setelah dihitung-hitung disesuaikan dengan itinerary, lebih muraaaaaaah dan hemat kalau pakai EZ Link.

Atas rekomendasi temen, kami menginap di area Bugis yang kabarnya banyak makanan halal (penting!!) dan kemudahan akses untuk ke mesjid. Sebelum berangkat, mamah sama papah wanti-wanti supaya menginap di area yang ada mesjidnya biar gampang untuk ibadah. Ya karena itulah kami menamakan tema perjalanan ini jadi backpacker syariah.. Hahahaha.

komentar adek: ini mah hotel rasa kos-kosan
(yakaliiii)
Penginapan yang kami pilih di area Bugis adalah Five Stones Hostel dan kami memilih tipe private room, jadi ga berbagi kamar dengan tamu lain. Beruntungnya aku jalan sama si adek, karena dia jago baca peta dan arah. Beda banget sama mbaknya yang sering nyasar padahal lokasi tujuan ada di depan mata. Perjalanan ke penginapan pun lancar tanpa ada insiden kesasar. Lokasi penginapan kami strategis banget karena dekat dengan area turis dan banyak makanan halal dan ada mesjid besar pula disana... Yeaayyy... Niatnya setelah check in dan istirahat sebentar, kami mencari makan malam di sekitaran penginapan. Tapiiiii.. kami malah bablas tidur sampe pagi dan batal untuk keluar cari makan malam. Alhasil, paginya laper berat. Sarapan yang disediakan oleh Five Stones Hostel cukup mengenyangkan buat kami, walaupun menunya simpel banget, macam roti tawar, selai (ada selai Nutella!!), sereal, kopi, susu, dan teh. Setelah kenyang sarapan, kami membawa beberapa tangkup untuk bekal, jaga-jaga gak nemu makanan halal.

Untuk menuju Sentosa Island (tempat USS berada), dari Bugis kami harus ke Vivo City dulu. Dari Vivo City, ada banyak pilihan transportasi, mulai dari jalan kaki, naik bus, naik monorel, atau naik cable car. Bebas mau pilih yang mana disesuaikan budget masing-masing. Sebagai pecinta dunia perkeretaan, aku dan adekku memilih untuk naik monorel. Salah satu keunggulannya punya EZ Link, untuk naik monorel ke Sentosa Island tinggal nge-tap aja tanpa perlu beli tiket lagi di Vivo City. Harganya 4 SGD dan bisa bolak-balik sepuasnya naik monorel.

fotoin dooong pake talenan
Kami sampai di USS jam 9 pagi, dan gerbangnya masih ditutup. Bahkan kami bareng beberapa pegawai USS saat naik monorel. Sembari menunggu, akhirnya kami ikutan jadi jamaah mainstream yang wajib foto di depan bola Universal yang termasyhur itu. Tiba-tiba, si adek disodorin iPad oleh seorang bapak. Kiraiiiiin si bapak itu mau ngasih iPad, rupanya minta tolong fotoin (udah bahagia ajaa ngarep dikasih iPad gratisan). Kelar foto-foto, antrian di depan gerbang mulai panjang. Kami pun memutuskan ikut mengantri masuk. Rupanya, di USS ini ga boleh bawa makanan dari luar. Apa kabar roti yang bekel dari hostel??? Jam 10 tepat, gerbang dibuka dan tiket yang kami beli di bandara ternyata tiket asli.. Horeee.. gak perlu ada drama nangis guling-guling depan gerbang.



... bersambung ke Short Escape to Singapore part 2... (macam drama ajaa ini blog)

Minggu, 09 April 2017

Ohayou Japan!!

0 comments
Bermula mengandalkan tiket promo dari GATF 2016, aku akhirnya bisa menjejakkan kaki di Jepang bulan Maret 2017. Yeaaaay... Bahagia, walaupun persiapan setahunnya (terutama soal keuangan) terasa berat banget, karena ada banyak yang dikorbanin demi bisa berhemat menabung ke Jepang. Dalam persiapannya, banyak rintangan yang mesti dilalui. Termasuk soal kerjaan di kantor. Berdasarkan kalkulasi pekerjaan di tahun 2015 dan awal 2016, maka aku pun berhati-hati banget saat memilih tanggal liburan. Yang jelas, bulan April is a big NO! selain karena banyak acara terkait ultah kantor, kerjaan pun mulai padat. Sedangkan Januari sampai dengan Maret, beban kerjaan masih sedikit. Dengan berbagai pertimbangan, dipilihlah tanggal 20 s.d 30 Maret 2017. Asumsinya, audit udah kelar dan tugas-tugasku sudah bisa selesai di awal Maret.

Playlist